Berbarengan dengan pandemi, racikan jamu empon-empon kembali menarik perhatian dan semakin diburu masyarakat dari berbagai kalangan. Dipercaya berkhasiat untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh, empon-empon biasanya terdiri dari beberapa tanaman herbal seperti jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, temu kunci, dan lain-lain.
Indonesia memang terkenal sebagai negara yang kaya rempah. Sejak tahun 1500-an saja, nama Maluku berkibar di kawasan Eropa. Pengakuan dunia akan rempah Nusantara telah melalui perjalanan yang panjang, bahkan sejak masa penjajahan.
Kekayaan Herbal Indonesia
Bangsa Eropa sudah mencium khasiat jamu Indonesia sejak abad 18. Ramuannya mengandung nilai ekologis, konservasi alam, kesehatan, tradisi, dan industri. Tak heran mereka tertarik untuk mengambil alih warisan budaya yang telah mengakar kuat dengan tradisi leluhur.
Dalam sebuah jurnal (jurnal), dituliskan bahwa kegiatan mengonsumsi jamu oleh penduduk Indonesia, khususnya Jawa, banyak dijumpai sejak 1200 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya relief di Candi Borobudur yang menggambarkan konsumsi ramuan obat tradisional pada masa itu.
Penemuan artefak Cobek dan Ulekan – alat tumbuk untuk membuat jamu - yang saat ini bisa diihat di situs arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah juga menjadi fakta penguat bahwa masyarakat Nusantara sudah mengonsumsi jamu sejak zaman Kerajaan Mataram.
Seiring perkembangan zaman, ketenaran ramuan tradisional Indonesia sempat mengalami penurunan dengan hadirnya ilmu modern yang masuk ke Tanah Air. Namun, di masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1940-an, popularitas racikan tanaman herbal Indonesia kembali muncul terlebih dengan dibentuknya Komite Jamu Indonesia.
Mengutip dari situs Indonesia.go.id, pada tahun 1974 hingga 1990 berbagai perusahaan jamu mulai banyak berdiri dan terus berkembang. Diadakannya pembinaan-pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah, membuat pelaku industri jamu dapat meningkatkan aktivitas produksi mereka.
Revolusi Industri, Jamu, dan Perusahaan Farmasi
Mengutip dari berita yang terbit di harian Kompas pada 1 Juli 1976, Drs. R Bambang Sutrisno yang kala itu menjabat sebagai Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil Ditjen POM Depkes mengatakan, tanaman obat tradisional dan jamu Indonesia mendapat perhatian yang cukup besar. Bahkan, permintaan akan jamu racikan dan jamu berwadah kapsul semakin meningkat.
Kini, jamu masih diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun jamu gendong tidak lagi populer, dengan adanya perkembangan teknologi para pegiat industri herbal pun melakukan transformasi dengan mengolahnya menjadi produk sachetan.
Tak hanya itu, untuk mendorong pemanfaatan jamu secara luas di masyarakat, pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Nasional Bugar dengan Jamu (Gernas Bude Jamu) yang hingga saat ini terus digaungkan.
Jenis Tanaman Herbal Nusantara
Di tengah pandemi, racikan herbal kembali menarik perhatian karena khasiatnya yang berpotensi menjadi antivirus corona. Meski belum ada hasil uji klinis yang menyebutkan secara resmi mengenai fakta ini, namun herbal nusantara memang memiliki banyak keunggulan, khususnya meningkatkan daya tahan tubuh.
Jahe
Jahe kerap menjadi primadona karena segudang manfaat yang dimilikinya terutama untuk kesehatan. Jahe dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati mual, mengurangi rasa sakit dan nyeri otot, mengurangi risiko penyakit jantung, dan juga menurunkan kolesterol serta meningkatkan fungsi otak.
Jahe memiliki kandungan gingerol, magnesium, vitamin C, vitamin B6, fosfor, tembaga, besi, kalsium, dan juga seng.
Temulawak
Tanaman dengan nama latin Curcuma xanthorrhiza ini dipercaya bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, meningkatkan antioksidan dalam tubuh, serta mengobati dan mencegah peradangan termasuk juga radang sendi yang disebabkan asam urat.
Kandungan gizi yang terdapat didalamnya, diantaranya yaitu protein, lemak, serat, kalium, kurkumin hingga karbohidrat.
Kunyit
Sahabat dari jahe ini merupakan sumber zat besi dan mangan yang sangat baik. Kunyit juga memiliki kandungan vitamin B6, serat makanan, tembaga, fitronutriun, termasuk curcumin, demethoxycurcumin, tumerone dan tumenorol.
Kunyit memiliki beragam khasiat untuk kesehatan seperti menurunkan risiko penyakit otak, mencegah dan mengobati kanker, mengatasi depresi, menunda penuaan, memperlancar sirkulasi darah hingga detoksifikasi hati.
Kencur
Kencur memiliki banyak kandungan zat dan senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti pati, mineral, sineol, asam metil kanil, penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamfen, paraeumarin, asam anisat, alkaloid, dan gom.
Selain dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, kencur juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh diantaranya yaitu menambah nafsu makan, mengatasi gangguan tidurdan stress serta mengobati penyakit hipertensi, rematik, batuk, sakit kepala, sakit gigi, maag, hingga radang tumor.
Kayu Manis
Menurut US Department of Agriculture, satu batang rempah yang memiliki aroma khas ini memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa.
Dalam satu sendok teh bubuk kayu manis terdapat 6 kalori, 0,3 gram lemak, 2,1 gram karbohidrat, 0,1 gram protein, 26 mg kalsium, 0,2 mg zat besi, 2 mg magnesium, 2 mg fosfor, 11 mg kalium, 0,1 mg vitamin A, vitamin B dan vitamin K.
Manfaat dari kayu manis diantaranya yaitu mengontrol kadar gula darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta melancarkan sistem pencernaan.
Cengkeh
Cengkeh menjadi salah satu rempah yang memiliki banyak khasiat. Selain mengandung kalsium, magnesium, dan vitamin E, cengkeh juga diperkaya dengan antioksidan eugenol yang berfungsi melawan radikal bebas dalam tubuh yang memicu perkembangan kanker.
Selain itu, sifat anti bakeri yang dimiliki cengkeh juga bermanfaat untuk membunuh bakteri penyebab penyakit karena mampu menghentikan infeksi.
Cengkeh berfungsi untuk meningkatkan kesehatan hati, menjaga kesehatan tulang, mengobati sakit maag, mengendalikan kadar gula darah, serta berbagai kesehatan lainnya.
Meski telah bertransformasi mengikuti zaman, manfaat ramuan herbal Nusantara tak luput dimakan waktu.